Denpasar (KitaIndonesia.Com) – Nasabah dan marketing yang mengaku sebagai korban investasi PT Solid Gold Berjangka (SGB) terus terus bernyanyi. Sejak mengemuka sekitar sebulan lalu, jumlah korban perusahaan investasi berjangka itu terus bertambah.
Hingga saat ini, jumlah korban PT SGB bahkan sudah mencapai 156 orang. Rinciannya, 106 orang nasabah dan 50 orang lebih marketing. Total kerugian sementara ini diperkirakan mencapai sekitar Rp 60 miliar.
“Jumlah korban terus bertambah, 106 orang nasabah dan 50-an marketing. Total kerugian sudah mencapai angka sekitar 60 miliar rupiah,” jelas Ketua Forum Peduli Korban Komuditi Berjangka, Pande Made Widia, di Denpasar, Sabtu (16/11/2019).
Dari jumlah tersebut, menurut dia, separuh di antaranya sudah melengkapi data terkait investasi tersebut. Jumlahnya sebesar sekitar Rp 30 miliar lebih. Adapun sisanya, masih melengkapi data. Data tersebut terus dihimpun Forum Peduli Korban Komuditi Berjangka.
“Kami terus mengumpulkan data, sambil menunggu pemanggilan korban oleh DPRD Bali dan Bappebti. Korban kebanyakan dari kalangan pebisnis, petani, wiraswasta, hingga dosen,” beber Widia.
Ia berkeyakinan, masih banyak nasabah yang belum mengaku sebagai korban. Sebab ada yang malu – malu. Hal ini menyulitkan pihaknya untuk mengumpulkan data korban SGB. Belum lagi, banyak korban yang tempat tinggalnya jauh dari Denpasar.
Dengan kondisi yang ada, pihaknya berencana untuk membuka data korban, Minggu (17/11/2019). Saat bersamaan, Forum Peduli Komuditi Berjangka juga menggelar seminar terkait hal ini.
“Kegiatan ini kami laksanakan untuk membuka data nasabah guna mengetahui kerugian masyarakat Bali, sekaligus menginformasikan kepada mahasiswa dan masyarakat umum sehingga tidak menjadi korban berikutnya,” ujar Widia.
Selain itu, kegiatan ini juga dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi nasabah dan mahasiswa yang berinvestasi di perusahaan komuditi berjangka, sehingga mengetahui perusahaan yang baik dan bodong.
“Pada prinsipnya kami mendukung sepenuhnya rekomendasi DPRD Bali tentang penutupan perusahaan komuditi berjangka yang telah memakan korban. Kami juga akan menggerakan mahasiswa agar ikut serta dalam perjuangan ini,” tutur Widia. (KI4)