Denpasar (KitaIndonesia.Com) – Sebanyak 205 orang pekerja migran Indonesia asal Bali, tiba Bali melalui pintu masuk Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kabupaten Badung, Minggu (22/3/2020) malam. Untuk kedatangan para pekerja migran ini, Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali memastikan sebelumnya bahwa telah disiapkan tempat karantina, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Menurut penjelasan Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali, Dewa Made Indra, beberapa tempat telah disiapkan untuk menampung sementara para pekerja migran ini, antara lain Bapelkes Tantu di Jalan By Pass Prof Mantra, BPSDM Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Balai Latihan Perhubungan Batubulan, dan lainnya.
Satgas juga telah menyiapkan skema penjemputan para pekerja migran ini dari bandara dengan melibatkan semua stakeholder, sehingga semuanya menjalani pemeriksaan dan yang lainnya, sesuai protap dan akan ditempatkan di tempat karantina yang telah ditetapkan.
Mengingat ada prosedur seperti ini, keluarga para migran diminta untuk tidak melakukan penjemputan di bandara. Imbauan inipun diikuti oleh pihak keluarga.
Namun ironisnya, beberapa pekerja migran yang tiba dari luar negeri ini justru lolos kembali ke rumah masing-masing. Bukan karena mau gagah-gagahan, namun saat tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, konon mereka tidak menemukan petugas dan tidak mendapatkan informasi apapun soal prosedur karantina.
Hal ini terungkap dari ocehan keluarga para migran di media sosial. Mereka kecewa, karena mereka akhirnya harus menjemput sendiri keluarga ke bandara dan tanpa melalui proses karantina.
Seperti ocehan akun media sosial bernama Purplelina Irene Amora, yang meluapkan kekesalan. Karena selain menjemput sendiri sang suami ke bandara hingga harus ribut di telepon, ia juga bingung harus berbuat apa lantaran suaminya tidak menjalani proses karantina sebagaimana diinformasikan pemerintah.
Konon, suaminya hanya berbekal surat dari dokter di kapal. Jika memang surat dokter kapal cukup ‘sakti’, ia mempertanyakan adanya informasi soal karantina dan prosedur lainnya, yang harus diikuti para migran yang baru tiba. “Miris sekali,” tulis pemilik akun tersebut.
Akun media sosial lainnya bernama dewi_lestari, juga melontarkan kekesalan serupa. Ia kecewa, karena ternyata suaminya tidak melewati proses karantina sebagaimana dijanjikan Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali.
Hingga saat ini, belum ada penjelasan resmi Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali maupun pemerintah terkait hal ini. (KI4)