Denpasar (KitaIndonesia.Com) – Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang – senang kemudian.
Pribahasa ini sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan jejak perjalanan advokat senior Togar Situmorang, SH, MH, MAP, yang sejak kecil ditinggal sang ayah yang meninggal dunia dan menjadi tulang punggung bagi keluarga. Bersama kelima adiknya dan ibunda tercinta Rosma Uli Gultom, Togar Situmorang harus melanjutkan hidup dengan segala kesulitan hingga akhirnya menjadi pengacara tenar seperti saat ini.
Lalu seperti apa kisah perjalanan hidup Togar Situmorang? Bagaimana juga sosok Togar Situmorang kecil di mata ibunda? Dalam video biografi Togar Situmorang, semua perjalanan hidup advokat yang dijuluki “Panglima Hukum” ini dikupas tuntas.

Pintar dan Tidak Sombong, Disayang Teman-teman
Beberapa “aktor” yang terlibat dalam video biografi itu secara gamblang menceritakan bagaimana sosok Togar Situmorang mengarungi dan menjalani kehidupannya sejak kecil yang sangat menderita hingga di posisi sekarang sebagai seorang advokat yang sukses.
“Dia (Togar Situmorang, red) itu anak yang gampang diurus. Ia sangat disayang oleh teman-temannya, dan ia anak yang pintar, pintar sekali. Dia juga baik hati, ia tidak pernah sombong atau tinggi hati. Ia tetap anak yang baik,” tutur ibunda Togar Situmorang, Rosma Uli Gultom, membuka kisah dalam video biografi putranya itu.
Togar Situmorang merupakan putra sulung dari 6 orang bersaudara. Sejak kematian ayahandanya Lasman Situmorang, Togar Situmorang kecil sudah mulai merasakan getirnya menjalani hidup. Apalagi, Alm Lasman Situmorang yang adalah seorang Dokter Gigi (di zaman itu masih langka pasien dan dokter gigi, red) tidak membuka praktik. Ia malah membuka usaha ban merk Dunlop di kawasan Jalan Setia Budi II Jakarta.

Terpukul Karena Ayahanda Meninggal Dunia
Saat ayahanda meninggal dunia, Togar Situmorang baru berusia 11 tahun, atau masih duduk di kelas 6 SD. Mendengar kepergian sang ayah untuk selama-lamanya, Togar Situmorang kecil merasa shock. Ia merasa terpukul, terutama memikirkan bagaimana masa depannya bersama ibunda dan adik-adiknya.
Namun jiwa tegar ditunjukkan sang ibu. Dengan penuh kasih sayang, Rosma Uli Gultom terus memompa semangat dan motivasi putra sulungnya itu untuk tetap tegar, tabah, dan sabar menjalani hidup.
“Dia berontak, dia nangis, sampai dia pukul itu tembok yang tinggi,” ungkap Rosma Uli Gultom, mengenang situasi saat Togar Situmorang kehilangan sosok ayahanda.

Jual Koran Hingga Mengamen
Meski terpukul dengan kepergian ayahanda tercinta, Togar Situmorang akhirnya bangkit. Sosok kelahiran Jakarta, 18 Agustus 1966, ini akhirnya ditempa secara mental oleh kerasnya kehidupan di ibu kota negara, Jakarta.
Apalagi sepeninggal sang ayah, Togar Situmorang kecil harus menjadi tulang punggung bagi ibu dan adik-adiknya. Hampir semua pekerjaan serabutan ia lakoni demi menyambung hidup dan menghidupi keluarga. Mulai dari menjual koran, mengamen, menjadi tukang parkir hingga menjadi kuli sampah di daerah Sunter, Jakarta.
“Saya sadar tidak dibekali warisan oleh orang tua. Jadi saya punya tekad harus bekerja banting tulang. Yang penting bisa kerja yang halal, bisa menghasilkan uang,” tutur Togar Situmorang, di Denpasar, Selasa (07/04/2020).
Pria keturunan Batak yang telah lama menetap di Bali ini menambahkan, hidup di Jakarta dengan pekerjaan tidak tetap ditambah harus menghidupi ibu dan adik-adik, bukanlah perkara gampang. Itu sebabnya, ia menjalani pekerjaan apa saja, asalkan halal dan mendapatkan uang. Togar Situmorang pun tak pernah malu mengungkapkan bagaimana perjalanan hidupnya hari demi hari.
“Tapi dengan kondisi saat itu makin memotivasi saya untuk bermimpi menjadi orang sukses. Tapi kesuksesan itu tidak pernah saya dapatkan mudah,” kenangnya.
Pelan tapi pasti, Togar Situmorang sedikit demi sedikit mulai bisa memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik. Ia juga tumbuh menjadi pribadi yang tergolong mapan.

Bangkrut dan Memilih Hijrah ke Pulau Dewata Hingga Sukses
Demikian besar usahanya mencapai kesuksesan, namun Tuhan berkehendak lain. Di usia 35 tahun, Togar Situmorang justru mengalami kebangkrutan. Di tengah kekalutan dan kegalauannya ketika itu, ia pun memantapkan diri untuk hijrah ke Bali.
“Di Bali, saya bisa meraih mimpi menjadi seorang advokat. Di Pulau Dewata ini saya bisa kuliah sampai tamat S-1 dan S-2. Bahkan saat ini saya mau menyelesaikan Disertasi S-3 di Udayana (Universitas Udayana, red),” tutur Togar Situmorang, yang juga Ketua Tim Hukum RS dr Moedjito Dwidjosiswojo, Jombang, Jawa Timur ini.
Di Bali ini pula, Togar Situmorang akhirnya meraih sukses yang sejak kecil diimpikannya. Ia tekun dan tulus menjalani profesinya sebagai seorang advokat. Bahkan, Ketua Pengcab POSSI Kota Denpasar ini merupakan salah satu advokat terbaik yang dimiliki Bali saat ini.
Sepanjang tahun 2019 lalu, Togar Situmorang bahkan meraih banyak penghargaan. Mulai dari masuk daftar 100 Advokat Hebat versi Majalah Property&Bank hingga meraih penghargaan Indonesia Most Leading Award 2019 dan terpilih sebagai The Most Leading Lawyer In Satisfactory Performance Of The Year.
Meski sudah menjadi pengacara tenar, namun Togar Situmorang tak lupa daratan. Seperti kata sang ibunda, Togar Situmorang tetaplah merupakan pribadi yang baik hati dan tidak sombong. Buktinya, Togar Situmorang kerap menggelar aksi sosial dan berbagi dengan anak-anak yatim piatu serta lembaga lainnya yang memang membutuhkan bantuan. Ia bahkan mengangkat salah satu anak asuh di Ashram Gandhi Puri Sevagram, Kabupaten Klungkung, Bali, untuk membantu biaya kuliahnya hingga lulus.
Bukan untuk Pamer
Kini, advokat yang sudah sukses ini mencoba membagi perjalanan hidupnya melalui sebuah video biografi. Togar Situmorang menegaskan, pembuatan video ini tidak bermaksud untuk pamer.
Namun jauh dari itu, ada pesan-pesan edukasi bagi anak muda sekarang bahwa dalam mengarungi kehidupan saat ini harus kuat, tegar, dan jangan putus asa. Ia juga berpesan agar menyayangi, hormati dan menghargai kedua orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan kita.
“Waktu itu adalah sangat berharga. Kalau kita masih diberi kesempatan hidup dengan orang tua, baik ayah dan ibu, gunakanlah waktu itu sebaik-baiknya karena waktu tidak akan pernah memihak kepada kita dan waktu tidak akan pernah menunggu kita. Jadi pergunakanlah waktu dengan baik untuk menyayangi kedua orang tua kita,” pesan Founder dan CEO Law Firm Togar Situmorang yang beralamat di Jalan Tukad Citarum Nomor 5A Renon, Denpasar (pusat), Jalan Gatot Subroto Timur Nomor 22 Kesiman, Denpasar (cabang) dan Gedung Piccadilly Room 1003-1004, Jalan Kemang Selatan Raya Nomor 99 Jakarta (cabang) ini. (KI4)