Denpasar (KitaIndonesia.Com) – Indonesia termasuk Bali di dalamnya, memiliki keindahan alam dan budaya yang luar biasa. Potensi yang ada menggerakan sektor pariwisata, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Terbukti, sektor pariwisata berkontribusi 6% terhadap GDP dan membuka 13 juta lapangan kerja baru dengan total 10,3 % dari total tenaga kerja nasional.
Posisi Bali sebagai destinasi pariwisata dunia, diharapkan memberikan inspirasi bagi pembangunan prioritas pariwisata di wilayah Indonesia lainnya. Seperti Labuan Bajo, Likupang, Mandalika, Borobudur serta Danau Toba.
Namun di sisi lain, bersamaan dengan gairah pariwisata tersebut, Indonesia juga menyimpan potensi bencana yang mengerikan. Karena itu, sangat penting untuk mewujudkan pariwisata yang aman dari bencana.
“Bali sebagai destinasi pariwisata dunia dan sebagai sumber devisa negara, diharapkan siap bahkan ditingkatkan dari ketersediaan anggaran, perlengkapan, peralatan dalam kesiapsiagaan bencana. Antara pemerintah pusat dan daerah saling bersinergi untuk mewujudkan pariwisata yang aman dari bencana,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, di UPTD Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali (Pusdalops), Denpasar, Senin (13/1/2020) .
Doni menyampaikan hal itu, dalam pertemuan dengan Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Bali dan Kalaksa BPBD Kabupaten/ Kota, Kodam, Polda, Korem, BMKG, Basarnas, serta stakeholder terkait.
Dikatakan, konsep pariwisata aman bencana terbagi dalam 5 elemen kunci. Mulai dari pemahaman risisko bencana, fasilitas aman bencana, tata kelola risisko bencana, manajemen kedaruratan hingga Businness Continuity Planning.
“Semuanya ini membutuhkan penguatan dari berbagai hal, sehingga dapat diwujudkan wisata aman,” ujar Doni.
Sementara itu Kalaksa BPBD Provinsi Bali, Made Rentin, menyampaikan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk mengelola potensi ancaman bencana di Bali. Potensi megatrust di kawasan utara dan selatan Pulau Bali, diperkuat dengan pembangunan 9 sirine evakuasi tsunami dan 10 rencana sirine evakuasi tsunami.
Selain itu, pelaksanaan sertifikasi kesiapsiagaan bencana di dunia usaha sejak 2014 telah dilaksanakan 64 dunia usaha, baik hotel, restoran, mall, spa, theater, golf hingga rumah sakit. Ditargetkan tahun 2022 mendatang, semua dunia usaha dapat bersama – sama menguatkan kesiapsiagaan dunia usaha untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada wisatawan.
“Kami juga secara rutin melaksanakan kegiatan simulasi bencana setiap tanggal 26, sebagai salah satu bentuk inovasi dalam penanggulangan bencana,” jelas Rentin. (KI4)