Denpasar (KitaIndonesia.Com) – Anggota Komisi VI DPR RI I Nyoman Parta, SH, memberikan perhatian khusus soal ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19. Beberapa waktu lalu misalnya, politisi PDIP asal Gianyar ini mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan kosong dengan menanam sayur-mayur hingga bibit tanaman lainnya.
Targetnya, mengingat tidak ada yang tahu kapan wabah virus corona berakhir, masyarakat tidak akan kesulitan dalam hal pemenuhan akan kebutuhan akan sayur-mayur. Ia optimistis, apabila gerakan menanam ini dilakukan serentak, ketahanan pangan selama pandemi Covid-19 bisa terjaga.
Tak sekadar melontarkan gagasan. Sebab Nyoman Parta juga melakukan aksi nyata dengan memberikan bibit tanaman kepada warga.
Selain menyiapkan bibit dan mengajak masyarakat agar menanam dengan memanfaatkan pekarangan rumah serta lahan kosong, Nyoman Parta juga terus menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat Bali, khususnya para petani. Yang terbaru, sebagai bentuk apresiasi kepada petani, anggota Fraksi PDIP DPR RI itu membeli hasil pertanian dari para petani di Rendang dan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali. Tak tanggung-tanggung, ia membeli ketela sebanyak 3 ton.
Kenapa harus ketela, dan bukannya beras atau hasil pertanian lainnya? Apa keunggulan hasil pertanian ini, sehingga Nyoman Parta membelinya dalam jumlah banyak?
Ternyata, Nyoman Parta memiliki alasan khusus sehingga dirinya membeli ketela. Tak sekadar menghormati jasa para petani, mantan Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Bali ini ternyata memiliki misi lain.
“Kenapa membeli ini, karena saya ingin menghormati jasa petani yang secara terus menerus menanam dan membantu kita dalam persediaan pangan. Itu sebabnya saya membeli ketela sebanyak 3 ton dari petani di wilayah Rendang dan Selat, Karangasem,” papar Nyoman Parta, saat dikonfirmasi di Denpasar, Jumat (22/5/2020).
Ia berharap, apa yang dilakukannya ini bisa diikuti oleh pihak lain. Nyoman Parta pun membeberkan alasannya membeli ketela atau yang lebih dikenal dengan sebutan ubi jalar ini.
“Pilihan umbi-umbian, khususnya ketela, karena saya ingin sejajarkan ketela dengan beras. Kemudian mengkolaborasi beras dengan ketela, terutama agar diketahui generasi milenial yang relatif tidak kenal dengan ketela,” paparnya.
Nyoman Parta menyebut, ketela merupakan salah satu pengganti karbohidrat yang baik untuk tubuh. Selain itu, ketela juga mengandung berbagai antioksidan dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan.
“Ketela mengandung karbohidrat dan serat sebagai energi. Ketela memiliki kandungan karbohidrat kompleks yang baik. Serat pada ubi jalar membantu pencernaan agar mudah mengolahnya. Hal ini menjadikan ubi jalar sumber energi yang baik untuk tubuh. Selain itu, ketela dapat dijadikan pengganti nasi, sehingga kita dapat kenyang lebih lama. Dalam 100 gram ketela mengandung 27 gram karbohidrat,” urainya.
“Indeks glikemik dalam ketela, rendah. Indeks glikemik adalah satuan yang digunakan untuk menggambarkan kecepatan suatu zat makanan (terutama karbohidrat) untuk meningkatkan kadar gula darah. Indeks glikemik ubi jalar di bawah 55 yang sangat baik dikonsumsi terutama penderita diabetes,” imbuh Nyoman Parta.
Ketela, lanjut dia, memiliki berbagai macam mineral penting bagi tubuh, seperti kalsium, natrium, fosfor, magnesium, dan kalium. Mineral-mineral ini berperan penting bagi tubuh yaitu untuk memperlancar aliran darah ke jantung.
“Ketela mengandung vitamin A yang tinggi, yang sangat baik untuk mata dan membantu pertumbuhan tubuh. Ketela juga kaya akan asam amino. Asam amino dibutuhkan untuk menjaga kekebalan tubuh. Ketelapun baik untuk penderita diabetes, karena dapat membentuk hormon seperti hormon insulin dan tiroid,” ucapnya.
Apabila dilihat dari kandungan gizi pada ketela, demikian Nyoman Parta, disimpulkan bahwa ubi jalar merupakan makanan yang mengandung karbohidrat sebagai sumber energi bagi tubuh. Keunggulan ubi jalar dibandingkan nasi adalah kandungan serat yang tinggi, yang sangat baik untuk pencernaan.
“Selain itu, kandungan mineral dan vitamin yang tidak terdapat pada nasi sangat bermanfaat bagi tubuh. Sehingga mengkonsumsi ketela sebagai makanan pengganti nasi atau sebagai campuran nasi, adalah hal yang tepat. Jadi, makan ketela bukan menjadikan kita miskin dan menderita,” pungkas Nyoman Parta. (KI4)